Halo teman-teman bagaimana kabarnya.? pada topik kali ini saya akan membagikan Cara dan tahapan perencanaan budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik dengan tahap-tahapnya. Jadi nanti akan saya berikan informasi mengenai bagaimana caranya membudidayakan tanaman menggunakan sistem hidroponik, tahap – tahapannya apa saja dll. Langsung saja ke pembahasan yaa hehe
Persiapan green house
Budidaya tanaman dengan sistem hidroponik biasanya dilakukan di green house karena faktor lingkungan di dalam green house lebih mudah dikendalikan sehingga hasil yang didapatkan lebih optimal. Oleh karena itu, perlu adanya persiapan green house yang sesuai dengan kebutuhan. Persiapan green house harus memperhatikan bentuk bangunan green house, suhu dan kelembapan di dalam green house, intensitas cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam green house, dan juga ventilasi keluar masuknya udara.
Dalam melakukan persiapan green house harus memerhatikan fungsi utama dari green house tersebut. Di Indonesia yang memiliki iklim tropis green house berfungsi untuk melindungi tsnsmsn dari hujan, angin, dan hama. Selain itu green house juga berfungsi mengurangi intensitas radiasi matahari yang berlebihan, megurangi penguapan air dari daun dan media, serta memudahkan perawatan tanaman (Suhardiyanto, 2009).
Instalasi sistem hidroponik
Setelah dilakukan persiapan dan pembuatan green house, hal yang sangat penting dilakukan adalah instalasi sistem hidroponik. Instalasi sistem hidroponik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan jenis tanaman yang dibudidayakan. Sistem yang dapat digunakan dalam budidaya hidroponik diantaranya drip system, Ebb and flow, NFT, deep water culture, aeroponik, wick system, dan rakit apung.
Penggunaan sistem ini harus disesuaikan dengan ukuran green house, jenis tanaman yang akan dibudidayakan, dan biaya yang dimiliki untuk budidaya secara hidroponik. Perbedaan diantara sistem hidroponik satu dengan yang lainnya yaitu bagaimana cara menghantarkan kebutuhan tumbuhan yaitu air, nutrisi, dan oksigen tersebut ke akar.
Sterilisasi green house
Sebagai tempat berlangsungnya budidaya hidroponik, perlu dilakukan adanya sterilisasi green house. Sterilisasi green house berfungsi untuk menghilangkan vektor penyakit dan hama yang berasal dari tanman yang dibudidayakan sebelumnya. Strerilisasi dilakukan dengan membersihkan green house dan peralatan di dalamnya, penyemprotan menggunakan air panas untuk membilas kotoran yang masih menempel, dan penyemprotan green house dengan cairan disinfektan untuk memastkan green house terbebas dari kontaminan. Sterilisasi bisa juga ilakukan dengan menyemprotkan cairan 3% natrium hipoklorit ke seluruh bagian green house (Arifianto, 2018).
Penanaman
Di dalam budidaya tanaman tanpa tanah, kondisi pH di zona perakaran tanaman biasanya meningkat dengan berjalannya waktu. Penambahan larutan asam biasanya diperlukan untuk mempertahankan pH larutan antara 5.5-6.5. Pada umumnya asam nitrat atau phosphate dapat digunakan untuk penurunan pH. Bila diperlukan untuk penigkatan pH larutan dapat digunakan kalium hidroksida. Bila sumber air ber pH tinggi karena adanya bikarbonant, pH seharusnya diturunkan sebelum pupuk dilarutkan untuk menjaga terjadinya pengendapan (Purbajanti, 2017).
Nilai pH akan mempengaruhi penyerapan akar terhadap unsur-unsur hara yang terkandung dalam nutrisi yang diberikan sehingga akar tidak dapat menyerap unsur hara micro tersebut akibatnya tanaman akan mengalami defisiensi. Bahan tanam dibagi dalam 2 kelompok yaitu generatif dan vegetatif. Cara generatif dilakukan dengan menggunakan biji, sedangkan cara vegetatif dengan sambungan (grafting/entring) atau stek (cutting).
Untuk sayuran umumnya adalah secara generatif menggunakan biji yang dapat ditanam secara langsung maupun dengan persemaian. Secara langsung yaitu biji yang siap ditanam, atau sebagai benih, langsung disebar pada lahan atau areal pertanaman. Persemaian atau pembibitan yaitu menanam benih pada tempat khusus terlebih dahulu sampai pada umur tertentu tergantung dari jenis tanamannya.
Biasanya benih untuk persemaian ini berasal dari sayuran yang berbiji halus. Secara umum tujuan dari persemaian ini adalah untuk memperoleh bibit yang baik dan seragam. Namun tidak begitu saja usaha persemaian ini selalu berhasil baik, disini sangat diperlukan perawatan dan pengawasan sampai pada tahap pemindahan bibit. Untuk memulai proses penanaman kita membutuhkan antara lain benih tanaman, netpot, media tanam (rockwool/perlite/cocopeat), sumbu (pada beberapa teknik) dan nutrisi (Purbajanti, 2017). Penanaman menggunakan benih secara langsung dilakukan dengan cara memasukan benih ke dalam media tanam dengan menggunakan pinset. Setelah itu netpot hidroponik diletakan di dalam set hidroponik yang digunakan.
Penanaman menggunakan bibit dilakukan dengan cara mengambil bibit secara hati-hati dari wadah pembibitan, kemudian bagian akar diselimuti menggunakan media tanam, dan selanjutnya diletakan ke dalam set pot yang telah diatur pada set hidroponik.
Pemberian Nutrisi
Nutrisi penting yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman terdiri dari 13 unsur, diklasifikasikan sebagai makronutrien (diperlukan dalam jumlah yang lebih besar) seperti Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan mikronutrien (dibutuhkan dalam jumlah yang lebih sedikit), seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga (Cu), Zinc (Zn), Molibdenum (Mo) dan Klor (Cl). Sedangkan unsur Karbon (C) dan Oksigen (O) adalah terdapat di atmosfer dan Hidrogen (H) dipasok oleh air (Orsini, F. et al, 2012).
Nitrogen (N) Unsur ini adalah komponen utama pembentukkan klorofil, mendorong pertumbuhan tanaman cepat, merangsang pertumbuhan vegetatif, dan meningkatkan kualitas sayuran dan buah meningkatkan kandungan protein. Fosfor (P) Berguna untuk merangsang pembentukan dan perkembangan akar dan bunga, berkontribusi pada pematangan biji, mendorong pewarnaan buah, membantu pembentukan biji dan vigor tanaman.
Kalium (K) Unsur K memberikan kekuatan dan ketahanan terhadap penyakit, meningkatkan ukuran biji, meningkatkan kualitas buah. – Kalsium (Ca) Berguna untuk merangsang pembentukan dan perkembangan akar lateral, meningkatkan vigor tanaman dan merangsang pembentukan biji. Magnesium (Mg) Merupakan komponen utama dari klorofil yang diperlukan untuk biosintesis gula. Sulfur (S) Berguna mempertahankan warna hijau, merangsang produksi benih dan membantu perkembangan tanaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi serapan hara dan ketersediaan nutrisi dalam larutan nutrisi dipengaruhi oleh pH larutan, konduktivitas listrik, komposisi nutrisi dan temperatur (Libia et al., 2012). Parameter yang mengukur keasaman atau alkalinitas suatu larutan (pH) menunjukkan hubungan antara konsentrasi ion bebas H+ dan OH- dalam larutan. Nilai pH larutan nutrisi yang tepat adalah antara 5.5 dan 6.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi nutrisi antara lain (Resh, 2013) jenis dan varietas tanaman, tahap pertumbuhan tanaman, bagian tanaman yang dipanen (akar, batang, daun, buah), musim dan cuaca (suhu, intensitas cahaya, panjang sinar matahari).
Secara umum tanaman yang dipanen daunnya membutuhkan kadar N yang lebih tinggi karena nitrogen mendorong pertumbuhan vegetatif. Sedangkan tanaman untuk produksi buah membutuhkan N lebih rendah dan P, K dan Ca lebih tinggi. Pada kondisi cahaya yang tinggi tanaman akan menggunakan lebih banyak nitrogen daripada cahaya redup.
Kelarutan pupuk ditentukan sebagai jumlah maksimum yang dapat sepenuhnya dilarutkan dalam volume air. Kelarutan masingmasing pupuk tergantung pada suhu air pelarut dimana kelarutan pupuk meningkat dengan suhu. Kelarutan ini juga tergantung pada pupuk lain dalam larutan nutrisi. Misalnya, kalium nitrat dan kalium sulfat dilarutkan dalam tangki secara bersama maka kelarutannya akan berkurang karena sama-sama mengandung ion K (Purbajanti, 2017).
Komposisi nutrisi menentukan Electrical Conductivity (EC) / konduktivitas listrik dan Osmotic Potential (OP) / potensi osmotik dari larutan. EC adalah jumlah garam terlarut dalam larutan nutrisi atau kepekatan pupuk dalam larutan hidroponik, dimana menghasilkan tekanan atau OP. Nilai EC yang terlalu tinggi dapat menghambat serapan hara karena Peningkatan OP (Libia et al., 2012).
Pemeliharaan
Kelembaban yang tinggi (> 80%) memicu perkembangan jamur patogen yang menyerang tanaman. Menjaga aerasi dan sanitasi di lingkungan hidroponik juga menjadi syarat penting agar tanaman tumbuh baik. Menurut Swastika et al. (2018) hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Pengukuran pH dan Nutrisi pH penting diketahui untuk mengatur serapan unsur hara tanaman agar tidak terjadi defisiensi. Kadar nutrisi dalam larutan dapat diukur dengan TDS (Total Dissolved Solids) atau PPM (Parts Per Millions). Hasil pengukuran menunjukkan nilai EC larutan yang sangat menentukan kecepatan metabolisme tanaman yaitu jika nutrisi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman.
2. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang sering menyerang tanaman hidroponik adalah kutu putih, kutu Aphid, siput, lalat pengorok daun dan semut. Jenis penyakit pada tanaman hidroponik umumnya sama dengan tanaman yang dibudidayakan di tanah. Penyebab penyakit disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus yang ditularkan melalui vektor serangga ataupun penggunaan alat-alat tanam yang terkontaminasi. Gulma bukan merupakan masalah karena teknik hidroponik meminimalisir tumbuhnya gulma.
3. Penyulaman Penyulaman tanaman dapat dilakukan pada umur tanaman 15 HST.
4. Pengontrolan Instalasi Sistem pompa dan selang/pipa yang tidak lancar akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Listrik dan air yang tidak tersedia menyebabkan kegagalan budidaya jika dibiarkan dalam waktu lama.
5. Panen dan Pasca Panen Masing-masing komoditas memiliki umur panen dan perlakuan panen yang berbeda. Untuk skala bisnis sangat penting untuk memperhatikan waktu panen dan penanganan pascapanen yang tepat.
Panen
Panen adalah mengumpulkan bagian tanaman yang ditujukan untuk kepentingan komersial. Masing-masing tanaman memiliki kriteria tersendiri dalam hal panen. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan panen adalah keadaan tanaman yang berupa tingkat kematangan dan juga waktu panen.
Namun penentuan waktu panen setiap tanaman berbeda antara satu dengan lain. Masing-masing tanaman dan varietas memiliki tingkat kemasakan dan waktu panen yang berbeda (Prawoto, 2012). Selain itu, kesuburan tanaman turut memengaruhi waktu panennya.
Tanaman hidroponik biasanya lebih cepat panen dibandingkan dengan tanaman konvensional karena nutrisi pada sistem hidroponik lebih terjada daripada sistem konvensional. Pemanenan biasanya dilakukan pada sore hari. Jika melakukan pemanenan pada siang hari akan beresiko menyebabkan tanaman cepat layu dan rusak. Cara pemanenan tanaman sayuran hidroponik relatif mudah hanya tinggal mengangkatnya dari lubang tanam (Arifin, 2016).
Pascapanen
Penanganan pasca panen adalah tahap dari produksi tanaman yang dilakukan sesaat setelah panen. Kegiatan pasca panen meliiputi kegiatan pembersihan, pemilihan (sortasi), pemilihan berdasarkan mutu (grading) dan pengepakan (packing). Pembersihan (pencucian) dilakukan dengan menggunakan air dingin dan bersih. Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan kotoran.
Sorting bertujuan untuk memisahkan tanaman yang rusak atau tidak layak jual dengan tanaman layak jual (Rizkika, 2015). Selanjutnya, tanaman dipilih berdasarkan kelasnya. Pengkelasan dibuat untuk menentukan perbedaan harga jual produk. Pengkelasan juga membantu memisahkan produk untuk tujuan pasar yang berbeda.
Setelah itu produk ditimbang dan dimasukkan ke dalam kemasan. Untuk pasar swalayan, sayuran hidroponik dikemas bersama akarnya karena akarnya bersih, tampilan sayuran hidroponik tetap bersih walau akarnya tidak dipotong (Rizkika, 2015).
Jadi itulah tahapan perencanaan dalam budidaya tanaman menggunakan sistem hidroponik. Semoga artikel ini bermanfaat dan terimakasih..